Narasi Tanya Jawab Siaga Bencana Podcast JATIM - PRB BPBD Jatim
https://www.youtube.com/watch?v=7BgWy0cWisU
Tabel Narasi Tanya Jawab Podcast: Mitigasi Bencana & Wabah PMK di Jawa Timur
| Topik Utama | Pertanyaan (Host) | Jawaban/Penjelasan (Gatot Soebroto - Kalaksa BPBD Jatim) | Timestamp |
| Intro & Jabatan | Mengapa jabatannya disebut "Kepala Pelaksana" (Kalaksa), bukan "Kepala BPBD"? | Kepala BPBD sebenarnya adalah Sekda (Eselon 1) yang memiliki wewenang memerintah OPD lain. Kalaksa (Eselon 2) setara dengan kepala dinas lain dan sifatnya koordinatif, tidak bisa memerintah dinas lain. | [ |
| Cuaca Ekstrem | Mengapa hujan deras terjadi setiap hari akhir-akhir ini di Jawa Timur? | Ini adalah puncak musim hujan yang berlangsung hingga Februari. Bulan Maret-Mei akan masuk pancaroba (peralihan) menuju musim panas. | [ |
| Peta Rawan Banjir | Daerah mana saja di Jatim yang menjadi langganan banjir? | Pasuruan, Sidoarjo, Gresik, dan Lamongan. Wilayah ini dilalui sungai-sungai besar seperti Sungai Welang, Bengawan Solo, dan Brantas yang meluap saat hujan lebat. | [ |
| Peta Kekeringan | Daerah mana yang rawan kekeringan saat musim kemarau? | Pacitan, Trenggalek, dan Bondowoso sering membutuhkan dropping air bersih saat kemarau. | [ |
| Teknologi Mitigasi | Apakah ada teknologi untuk mengurangi curah hujan? | Ada Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) kerja sama dengan BNPB & BMKG. Hujan "dibuang" atau dijatuhkan di laut sebelum masuk ke daratan untuk mengurangi risiko banjir. | [ |
| Masalah Sungai | Apa kendala utama dalam normalisasi sungai? | Banyak bangunan liar (rumah/warung) di bantaran sungai. Ini menyulitkan alat berat untuk masuk mengeruk sungai dan membuang sampah atau sedimennya. | [ |
| Tanah Longsor/Gerak | Di mana bencana tanah gerak terjadi dan apa penyebabnya? | Terjadi di Trenggalek dan Jombang. Penyebabnya adalah alih fungsi lahan (hutan ditebang jadi tanaman jagung/sayur) sehingga akar tidak kuat menahan tanah, serta penambangan batu yang menghilangkan penahan tebing. | [ |
| Fenomena Sinkhole | Apa itu fenomena sinkhole (tanah ambles) yang terjadi di Blitar/Jombang? | Tanah tiba-tiba bolong besar karena struktur batuan kapur di bawahnya tergerus air sungai yang deras. Solusinya ditimbun dan disemen agar air tidak masuk ke rongga bawah tanah lagi. | [ |
| Ulah Manusia | Bagaimana perilaku masyarakat memperparah banjir? | 1. Mengecilkan lebar sungai untuk lahan bangunan. 2. Membelokkan aliran sungai demi kepentingan properti/industri. 3. Membuang sampah di sungai (warga hulu membuang, warga hilir yang kebanjiran). | [ |
| Program Edukasi | Apa saja program edukasi bencana dari BPBD Jatim? | 1. Destana: Desa Tangguh Bencana. 2. SPAB: Satuan Pendidikan Aman Bencana (masuk ke sekolah-sekolah). 3. Tenpina: Tenda Pendidikan Bencana (wahana edukasi di kantor BPBD). 4. Mosipena: Mobil Edukasi Bencana (keliling ke daerah). | [ |
| Fasilitas Tenpina | Apa saja yang ada di Tenpina (Tenda Pendidikan Bencana)? | Ada simulasi rumah gempa, VR kebakaran, dan alat peraga bencana untuk edukasi anak-anak sekolah mulai dari TK hingga SMA. | [ |
| Wabah PMK | Apa hubungan cuaca ekstrem (hujan) dengan wabah PMK (Penyakit Mulut & Kuku)? | Hujan membuat kandang ternak menjadi lembab, becek, dan kotor. Peternak cenderung malas membersihkan saat hujan. Kondisi ini mempercepat penyebaran virus antar hewan. | [ |
| Penanganan PMK | Bagaimana cara menangani hewan yang terkena PMK? Apakah harus dimusnahkan? | Tidak harus dimusnahkan. Hewan bisa sembuh dengan: vaksinasi, menjaga kebersihan kandang, sterilisasi pengunjung kandang, dan penyemprotan disinfektan. Contoh sukses ada di peternak Kota Batu. | [ |
| Tantangan PMK | Apa tantangan terbesar penanganan PMK saat ini? | Kekurangan stok vaksin, perlunya lebih banyak tenaga untuk penyemprotan, dan kesadaran peternak serta pedagang ternak untuk tidak saling mengunjungi kandang (agar virus tidak terbawa). | [ |
| Pesan Penutup | Apa pesan terakhir untuk masyarakat Jawa Timur? | "Kita jaga alam, maka alam akan jaga kita." Masyarakat diminta tidak menebang pohon sembarangan dan tidak membuang sampah ke sungai. | [ |
Podcast Ruang Informasi Eps. 67: Jatim Siaga Bencana
| Topik | Pertanyaan (Host: Yon Fandi) | Jawaban/Penjelasan (Narasumber: Prof. Syamsul Maarif & Gatot Subroto) | Timestamp |
| Definisi Bencana | Apa arti sebenarnya dari bencana dan risiko? Apakah hanya faktor alam? | Prof. Syamsul: Bencana bukan faktor eksternal (seperti gunung meletus atau banjir saja), tetapi adalah gangguan serius yang menyebabkan dampak sosial ekonomi dan melebihi kemampuan masyarakat untuk mengatasinya. Jika masyarakat mampu mengatasi, itu bukan bencana. Risiko adalah what will happen wrong (sesuatu buruk yang belum terjadi). | [ |
| Peran Masyarakat | Siapa saja pemangku kepentingan yang harus terlibat dalam penanganan bencana? | Prof. Syamsul: Ada 7 pihak (Pentahelix plus): 1. Pemerintah (termasuk TNI/Polri) 2. Masyarakat terdampak 3. Dunia Usaha (BUMN, BUMD, Swasta) 4. LSM 5. Akademisi 6. Media 7. Kelompok Disabilitas & Dunia Internasional. | [ |
| Perspektif BPBD | Bagaimana BPBD melihat risiko? Apakah hanya sebagai ancaman yang dipetakan? | Pak Gatot: Risiko adalah sesuatu yang bisa berdampak pada masyarakat di masa depan. Upaya mitigasi dilakukan untuk meminimalisir dampak tersebut, misalnya mencegah kematian atau hanya luka ringan jika bencana terjadi. | [ |
| Kearifan Lokal (Local Wisdom) | Bagaimana cara menggabungkan pengetahuan akademis dengan pengetahuan lokal masyarakat? | Prof. Syamsul: Jangan hanya pendekatan teknokratis. Gunakan local wisdom (kearifan lokal). Contoh: Di Simeulue, istilah "Smong" menyelamatkan ribuan orang saat tsunami karena cerita turun-temurun. Bandingkan dengan Aceh yang korbannya banyak karena pengetahuan ini terputus. Juga manfaatkan local influencer seperti Cak Nan untuk menyebarkan info. | [ |
| Peta Digital (InaRISK) | Bagaimana agar masyarakat awam bisa mengerti dan memanfaatkan peta risiko digital? | Pak Gatot: Aplikasi seperti InaRISK sudah dikembangkan sejak lama (sejak zaman Prof. Syamsul di BNPB). Isinya informasi potensi ancaman dan langkah antisipasi. Tantangannya adalah sosialisasi; jika pejabat yang bicara mungkin kurang didengar, perlu influencer lokal agar jangkauannya lebih luas. | [ |
| Edukasi Masyarakat | Bagaimana cara terbaik mengajari masyarakat soal risiko? Lewat sekolah atau budaya? | Prof. Syamsul: Jangan merasa "mengajari", tapi ajak bercerita. Gabungkan teknologi dengan kepercayaan lokal. Contoh: Alat EWS (Early Warning System) pernah dirusak warga karena dianggap benda asing/aneh. Solusinya, alat tersebut ditaruh di tempat keramat atau disesuaikan dengan budaya setempat agar dijaga. | [ |
| Relokasi vs Adaptasi | Apakah warga di daerah rawan harus selalu dipindah (relokasi)? | Prof. Syamsul: Tidak selalu. Memindahkan orang dari "rumah" (home) itu sulit karena ada kenangan dan ikatan batin. Tugas pemerintah adalah melindungi mereka di tempat mereka tinggal, misalnya dengan jalur evakuasi yang jelas atau bangunan aman gempa (seperti di Jepang), bukan memindahkan gunungnya atau warganya secara paksa. | [ |
| Sosialisasi ke Komunitas | Bagaimana memastikan program PRB sampai ke kelompok rentan? | Pak Gatot: BPBD menggandeng komunitas lewat SRPB (Sekber Relawan Penanggulangan Bencana). Komunitas sepeda, pendaki gunung, hingga disabilitas berkumpul di situ. Cukup satu orang dari komunitas paham, ia bisa menularkan ke anggotanya (getok tular). Ada juga program "Arisan Nol Rupiah" sebagai wadah berbagi ilmu. | [ |
| Nilai dalam Kebijakan | Apa nilai paling penting dalam kebijakan Pengurangan Risiko Bencana (PRB)? | Prof. Syamsul: Kemanusiaan dan Keadilan. Bencana sering menimpa orang miskin yang terpaksa tinggal di daerah rawan (bantaran sungai). Prinsip keadilan harus ditegakkan. Pengusaha dilarang menaikkan harga barang gila-gilaan saat bencana (prinsip kemanusiaan di atas ekonomi). | [ |
| Implementasi Perda | Mengapa banyak Perda/aturan bencana yang macet atau tidak jalan? | Prof. Syamsul: Perda harus menampung aspirasi semua lapisan (termasuk ibu-ibu dasawisma, disabilitas). Jangan kaku (pakai titik), tapi fleksibel (pakai koma) menyesuaikan kondisi lokal. Banjir di satu daerah beda penanganannya dengan daerah lain. Libatkan local wisdom dalam aturan. | [ |
| Budaya Sadar Bencana | Siapa yang harus jadi penggerak utama budaya sadar bencana? | Pak Gatot: Penggerak utama adalah orang yang merasa butuh. Seringkali orang baru sadar setelah terkena dampak (sakit baru olahraga, banjir baru bersih-bersih). Tantangannya adalah orang yang merasa aman sering abai (buang sampah sembarangan) yang dampaknya dirasakan orang lain di hilir. | [ |
| Literasi Bencana | Langkah konkret apa untuk 5 tahun ke depan? | Prof. Syamsul: Fokus pada Literasi. Literasi tidak harus baca buku, tapi bisa lewat lagu, wayang, khotbah, atau cerita rakyat. Contoh: Anak kecil (Tilly Smith) menyelamatkan turis di Thailand karena literasi tsunami yang diajarkan di sekolah. Bencana harus dianggap sebagai bagian dari hidup (part of our blood), bukan hal asing. | [ |
| Gotong Royong & Bahasa | Mengapa kita sering menggunakan istilah asing seperti "Resilience"? | Prof. Syamsul: Kita harus bangga dengan istilah sendiri. "Tangguh" itu lebih keren daripada resilience. "Gotong royong" adalah budaya asli kita. Di Jogja, pemetaan risiko dilakukan per-RT dengan detail siapa yang sakit/tua, sehingga saat bencana tetangga tahu siapa yang harus ditolong duluan. | [ |
| Closing Statement | Apa pesan penutup untuk Sobat Jatim? | Prof. Syamsul: Budayakan "Yatana" (Budaya Tangguh Bencana). Jadikan bencana bagian dari kehidupan kita, sebagaimana kita butuh makan sehat dan olahraga. Pak Gatot: Bencana bisa terjadi kapan saja. Kenali ciri-ciri bencana di tempat kita berada agar bisa menghindar dan selamat. | [ |


No comments