Kabar Terkini

Trikon ( Kontinyu, Konvergen, Konsentris ) dalam Pendidikan Ki Hajar Dewantara




Asas Tricon dalam Pendidikan (Ki Hajar Dewantara)

Salam dan bahagia Ibu dan Bapak Guru Hebat!

Kali ini kita akan membahas Asas Tricon dalam pendidikan—yaitu Kontinu, Konvergen, dan Konsentris—beserta contoh penerapannya di kelas. Memahami asas ini membantu kita mengerti tujuan dan dasar pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara.

Pendidikan sebagai Proses yang Dinamis

Pendidikan adalah proses yang dinamis, selalu berubah dan berkembang sesuai dengan kondisi zaman dan kondisi murid.

  • Sistem pendidikan tidak hanya diurus oleh pembuat kebijakan di pusat. Sekolah dan bahkan kelas adalah sistem pendidikan yang kecil namun menjadi ujung tombak pelaksanaannya.

  • Setiap sekolah memiliki kondisi dan permasalahan unik, sehingga pengembangannya harus beragam sesuai karakteristik lingkungan.

    • Contoh: Sekolah di pantai dapat mengkontekstualkan pelajaran dengan menanam pohon bakau (mencegah abrasi). Sekolah di pegunungan dapat mengajak murid menjaga pohon (mencegah tanah longsor).

  • Guru berperan memfasilitasi belajar murid sesuai keadaan lingkungan dan potensi mereka, sehingga murid dapat melihat hubungan antara diri mereka, lingkungan, masalah, dan potensi yang ada.


Memahami Asas Tricon

Asas Tricon terdiri dari tiga prinsip yang saling berkaitan: Kontinu, Konvergen, dan Konsentris.

1. Kontinu (Berkesinambungan)

Makna: Pengembangan kebudayaan atau cara hidup bangsa harus bersambung tak putus-putus dari waktu ke waktu. Proses pembelajaran sejatinya tidak pernah putus.

  • Inti Prinsip: Pengembangan harus dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan (tidak tiba-tiba atau terputus).

  • Penerapan di Kelas:

    • Menstimulasi Motivasi Internal: Guru perlu menstimulasi kemauan belajar, rasa ingin tahu, dan motivasi internal murid. Usaha sadar untuk menikmati setiap proses belajar karena dilakukan secara sukarela.

    • Self-Regulated Learning (SRL): Hal ini akan melahirkan murid yang memiliki kemampuan pengaturan kegiatan belajarnya sendiri (belajar mandiri).

    • Manajemen Kelas yang Konsisten: Menjalankan manajemen kelas melalui perencanaan dan dilakukan secara terus-menerus (konsisten) adalah salah satu contoh implementasi asas kontinu. Konsistensi ini memberikan ruang bagi murid untuk mengeksplorasi gagasan, ide, dan kreativitasnya.

  • Contoh Kegiatan: Dalam pembelajaran lingkungan hidup, guru mengajak murid berkegiatan di lingkungan sekolah/sekitar, mengamati, dan berdiskusi dengan pertanyaan pemantik. Murid diberikan kemerdekaan untuk belajar, bertanya, dan mengembangkan potensinya.

2. Konvergen (Terbuka dan Mengarah pada Kesatuan)

Makna: Perkembangan dan kemajuan kebudayaan serta cara hidup bangsa terus menerima pengaruh nilai-nilai baru.

  • Inti Prinsip: Pengembangan dapat mengambil dari berbagai sumber di luar, bahkan dari praktik pendidikan di luar negeri (seperti yang dilakukan Ki Hajar Dewantara saat mempelajari Montessori, Frobel, dan Tagore).

  • Seleksi Nilai: Sistem pendidikan luar yang masuk ke Indonesia tidak diterima mentah-mentah. Kita perlu mengolahnya dan hanya menerima yang sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan kita.

  • Penerapan di Kelas:

    • Pembelajaran STEAM yang Kontekstual: Pembelajaran STEAM (Sains, Teknologi, Engineering, Seni, Matematika) sering diartikan menggunakan teknologi tinggi (robotik, coding). Padahal, bisa diartikan lebih luas sebagai teknologi yang dekat dengan murid (misalnya, teknologi fermentasi tempe, pewarnaan batik, atau pengawetan ikan asin/asap).

    • Guru dapat menyesuaikan keinginan belajar murid dengan ketersediaan daya dukung, sambil tetap menghadirkan nilai-nilai lokal.

3. Konsentris (Berpusat pada Kebudayaan Sendiri)

Makna: Meskipun kita mempelajari kemajuan bangsa lain (Konvergen), semua itu harus ditempatkan secara konsentris dengan karakter budaya kita sebagai pusatnya.

  • Inti Prinsip: Pengembangan pendidikan yang dilakukan harus tetap berdasarkan kepribadian kita sendiri.

  • Perumpamaan: Ki Hajar Dewantara menggambarkan manusia sebagai titik kecil yang bersama yang lain membentuk lingkaran besar (keluarga, organisasi). Pengembangan harus berpusat pada inti jati diri kita.

  • Penerapan di Kelas:

    • Meskipun metode pembelajaran bisa mengacu pada konsep terbuka (Konvergen), hal itu harus dilakukan secara konsentris, yaitu tetap mempertahankan jati diri bangsa dan menjadi diri sendiri.


Refleksi Penutup

Apabila murid mampu memahami hubungan diri dan lingkungannya, ia juga dapat memahami peran dan kontribusi dirinya terhadap lingkungan, yang pada akhirnya mendorong terbentuknya kemampuan pengaturan belajar mandiri (Self-Regulated Learning).

Mari kita refleksikan implementasi konsep Tricon (Kontinu, Konvergen, dan Konsentris) dalam proses pembelajaran dan manajemen kelas yang sudah kita jalankan.

Selamat belajar, Ibu dan Bapak Guru Hebat! Salam dan Bahagia.



Asas Trikon (Kontinyu, Konvergen, dan Konsentris) dalam Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Salam dan bahagia, Ibu dan Bapak Guru hebat! Semoga Ibu dan Bapak Guru senantiasa dalam keadaan sehat dan dapat terus belajar bersama. Kali ini, kita akan mengulas materi tentang Asas Trikon: Kontinyu, Konvergen, dan Konsentris dalam pendidikan serta contoh penerapannya di dalam kelas. Mari kita ikuti bersama agar kita dapat memahami tujuan dan asas pendidikan berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara.


Pendidikan yang Dinamis dan Kontekstual

Pendidikan adalah suatu proses yang dinamis. Pendidikan terus berubah dan berkembang sesuai dengan kondisi zaman dan juga kondisi murid.

Sistem pendidikan tidak hanya sebuah sistem besar yang diurus oleh para pakar dan penentu kebijakan di pusat. Sekolah atau bahkan kelas juga merupakan suatu sistem pendidikan dengan ruang lingkup yang kecil, namun merupakan ujung tombak berjalannya sistem pendidikan.

Setiap sekolah memiliki kondisi dan permasalahan masing-masing. Oleh karena itu, pengembangan satu sekolah dengan sekolah lain sangat beragam sesuai karakteristik lingkungannya.

  • Contoh: Kondisi geografis Indonesia yang beragam mendorong proses pendidikan yang dinamis.

    • Sekolah di lingkungan pantai dapat mengkontekstualkan proses pendidikannya sesuai lingkungan, misalnya dengan menanam pohon bakau untuk mencegah abrasi.

    • Sekolah yang berada di pegunungan dapat mengajak murid untuk menjaga pohon agar terhindar dari bahaya tanah longsor.

Dengan demikian, guru memfasilitasi proses belajar murid sesuai dengan keadaan lingkungan dan potensi yang dimiliki. Murid dapat melihat hubungan antara dirinya dengan lingkungan, masalah, serta potensi yang terhubung pada dirinya dengan proses pendidikan yang berjalan sangat dinamis.


Asas Kontinyu: Budaya yang Berkesinambungan

Budaya atau cara hidup bangsa itu bersifat kontinyu, bersambung, tak putus-putus, dari zaman penjajahan sampai zaman kemerdekaan. Perkembangan dan kemajuan kebudayaan serta cara hidup bangsa terus menerima pengaruh nilai-nilai baru.

Proses pembelajaran sejatinya tidak pernah putus. Usaha sadar yang menikmati setiap proses belajar harus dilakukan secara sukarela. Kemauan belajar, rasa ingin tahu, dan motivasi internal dalam diri murid perlu distimulasi sehingga akan melahirkan murid yang memiliki kemampuan pengaturan kegiatan belajarnya sendiri atau self-regulated learning.

Contoh Penerapan Kontinyu:

Dalam pembelajaran lingkungan hidup, guru dapat mengajak murid berkegiatan di halaman dan lingkungan sekitar sekolah. Kemudian, guru meminta murid untuk mengamati dan memberikan beberapa pertanyaan pemantik diskusi.

Harapannya, murid akan menjawab dengan berbagai macam hal yang bisa ditemui secara konkret, seperti pohon-pohon, pot bunga, tempat sampah, sampah yang tertinggal di halaman sekolah, atau bahkan menceritakan pengalaman di lingkungan rumahnya masing-masing.

Proses dialog ini memberikan ruang kepada murid untuk mengekspresikan rasa yang ia miliki dan temukan. Jika ada murid yang merasa tidak tertarik dengan lingkungan sekolah yang sedang dikunjungi, guru bisa berdialog mengenai lingkungan seperti apa yang ingin murid kunjungi dan menarik untuknya.

Guru memfasilitasi murid untuk menentukan tujuan apa yang ingin dipelajari, memantau proses pembelajaran yang dilalui, dan membimbing murid untuk melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar yang telah dilalui. Ini penting agar murid dapat memahami:

  1. Hubungan dirinya dengan lingkungannya.

  2. Peran dan tugasnya di dalam lingkungan tersebut.

  3. Kontribusinya dalam menjaga lingkungan.

Apabila murid mampu memahami hubungan diri dan lingkungannya, ia dapat pula belajar memahami peran dan kontribusi dirinya terhadap lingkungan serta menindaklanjuti peran dan kontribusinya tersebut. Hal ini juga dapat mendorong terbentuknya kemampuan pengaturan belajar mandiri (self-regulated learning).


Asas Konvergen: Mengembangkan dari Berbagai Sumber

Pengembangan yang dilakukan dapat mengambil dari berbagai sumber di luar, bahkan dari praktik pendidikan di luar negeri, seperti yang dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara ketika mempelajari berbagai praktik pendidikan dunia, misalnya Maria Montessori, Froebel, dan Rabindranath Tagore.

Dalam dunia pendidikan pun banyak sistem pendidikan yang masuk ke Indonesia. Namun, kita tidak lantas menerimanya mentah-mentah. Kita perlu mengolahnya dan hanya menerima yang sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan kita.


Asas Konsentris: Berpusat pada Kepribadian Bangsa

Ki Hajar Dewantara menggambarkan manusia sebagai titik kecil yang kemudian bersama dengan yang lain membentuk lingkaran besar (keluarga) dan menjadi lingkaran yang lebih besar lagi (organisasi).

Pengembangan pendidikan yang dilakukan harus tetap berdasarkan kepribadian kita sendiri.

Oleh karena itu, meskipun Ki Hajar Dewantara menganjurkan kita untuk mempelajari kemajuan bangsa lain, namun tetap semua itu ditempatkan secara konsentris, dengan karakter budaya kita sebagai pusatnya.


Implementasi Asas Trikon dalam Pembelajaran

Implementasi konsep Trikon (Kontinyu, Konvergen, dan Konsentris) bisa kita amati atau bahkan kita refleksikan dari apa yang sudah terjadi dalam proses pembelajaran.

1. Kontinyu dalam Manajemen Kelas

Manajemen kelas yang mengatur berjalannya proses pembelajaran tentunya melalui sebuah perencanaan dan dilakukan secara terus-menerus sehingga pengelolaan perilaku, lingkungan, dan kurikulum berjalan dengan efektif.

Konsisten dalam menjalankan manajemen kelas ini salah satu contoh implementasi asas Kontinyu dalam pendidikan. Murid diberikan kemerdekaan untuk belajar, bertanya, dan mengembangkan potensinya. Kesinambungan manajemen kelas yang konsisten memberikan ruang kepada murid untuk mengeksplorasi gagasan, ide, dan kreativitasnya.

2. Konvergen dan Konsentris dalam Pembelajaran Kontekstual

Seringkali pembelajaran STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, Mathematics) dipahami sebagai pembelajaran menggunakan teknologi tinggi seperti robotik, komputasi, atau coding. Padahal, bisa diartikan lebih luas, seperti:

  • Teknologi fermentasi tempe.

  • Teknologi pewarnaan batik.

  • Teknologi pengawetan makanan seperti pembuatan ikan asin atau ikan asap.

Dengan memahami konsep pembelajaran STEAM, guru dapat menyesuaikan keinginan belajar murid dengan kondisi ketersediaan daya dukung untuk belajar dengan tetap menghadirkan nilai-nilai lokal.

Meskipun metode pembelajaran dalam pendidikan bisa mengacu pada konsep manapun secara terbuka (seperti Konvergen), tapi hal itu tetap harus dilakukan secara Konsentris, yaitu tetap mempertahankan Jati Diri bangsa dan menjadi diri sendiri.


Mari refleksikan, selamat belajar Ibu dan Bapak Guru hebat!

Salam dan bahagia.


................................................




No comments

Featured Post

Augmented Reality - AR Dengan WEB Aplikasi UniteAR.com Studio

  Link WEB Aplikasi UniteAR.com Studio:  https://app.unitear.com/unitear-editor2/  Langkah-Langkah Praktis Implementasi di UniteAR Studio Be...