Medikdasmen : Jendela Ramadan Menyambut Ramadan dengan Sukacita
Jendela Ramadan: Menyambut Ramadan dengan Sukacita
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbil alamin wasalatu wasalamu ala asrofilya wal mursalin waa alihi wasohbihi ajmain. Amma ba'du.
Alhamdulillah syukrulillah kita berjumpa dalam acara Jendela Ramadan, sebuah acara yang kita maksudkan untuk memberikan perspektif dan memperdalam pemahaman serta memperkuat keyakinan kita dengan berbagai amalan dan wawasan di bulan Ramadan ini.
Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang Ramadan sebagai bulan pendidikan. Kalau kita membaca di dalam tafsir Al-Amsal yang ditulis oleh Imam Syirazi, beliau menyebutkan bahwa Ramadan yang di dalamnya kita berpuasa itu merupakan ibadah pendidikan dan merupakan jenjang-jenjang kemuliaan agar kita menjadi manusia yang bertakwa.
Ramadan itu adalah "ibadatun tarbawiyah, madrasatun lit-takwa" (ibadah pendidikan, sekolah untuk ketakwaan). Karena itu maka selama bulan Ramadan ini kita melaksanakan berbagai amalan yang semuanya merupakan tadribat (latihan-latihan) yang bersifat spiritual agar kita menjadi manusia yang bertakwa.
Sebagaimana pendidikan, maka bertakwa itu berproses melalui tingkatan-tingkatan. Tingkatan atau jenjang menuju menjadi manusia bertakwa itu sangat ditentukan oleh bagaimana kita melaksanakan amalan-amalan ibadah di dalam bulan Ramadan dan mengisi bulan Ramadan itu dengan berbagai kegiatan yang meningkatkan kualitas spiritualitas kita.
Banyak orang yang berpendapat bertakwa itu sekaligus, bertakwa itu seperti sering dikatakan orang itu "Kun Fayakun" (jadi, maka jadilah). Tidak demikian halnya. Kalau kita mencoba mengkaji ayat-ayat Al-Qur'an tentang bagaimana takwa itu, jadi takwa itu proses becoming, proses menjadi, yang proses menjadi itu secara terus-menerus akan kita lakukan melalui berbagai amalan yang melekat dengan ibadah selama bulan Ramadan.
Perubahan itu terjadi secara gradual, secara bertahap, yang tahapan itu akan terus meningkat sejalan dengan kesungguhan kita di dalam melakukan berbagai amalan selama di bulan Ramadan.
Pertama, di dalam pembiasaan itu kita semua sejak awal sudah berniat untuk menjadikan Ramadan ini sebagai bulan perubahan. Dan kalau kita mencoba memahami dari redaksi ayat Al-Qur'an yang menjadi landasan ibadah puasa itu, redaksinya dimulai dengan "Ya ayyuhalladzina amanu" (Wahai orang-orang yang beriman). Itu memberikan kepada kita dua makna penting dalam kaitannya dengan fikih:
- "Ya ayyuhalladzina amanu" itu bermakna ibadah itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman.
- Makna yang kedua dalam konteks pendidikan tadi, "Ya ayyuhalladzina amanu" itu akan menjadi penentu kualitas keimanan kita ketika kita melaksanakan ibadah puasa.
Sehingga, kalau kita menyambut puasa itu dengan gembira, maka itu berarti kita memiliki energi spiritual yang kuat untuk menjadi lebih baik.
Sebagian ada yang menyambut dengan biasa-biasa saja, "Ya sudahlah waktunya puasa ya puasa, mau bagaimana?" Tapi ada yang menyambutnya dengan perasaan bahwa ini akan sangat berat.
Karena itu maka kalau kita ingin berubah, kalau kita ingin menjadi lebih baik, maka kita harus berkomitmen untuk menjadikan puasa ini sebagai momentum untuk kita menjadi lebih baik. Niatkan, kita konsentrasikan seluruh amaliah kita, bertahap sebagaimana orang yang sedang menuntut ilmu, sebagaimana orang yang sedang menempuh jenjang pendidikan.
Kita akan bertahap menjadi manusia yang bertakwa di hari pertama kita puasa sampai di hari akhir puasa. Nanti kita akan melihat bagaimana perubahan dalam kehidupan kita dan bagaimana derajat kualitas takwa kita.
Karena itu maka mari kita bersama-sama menjadikan ibadah Ramadan ini sebagai momentum untuk kita berlatih, kita membiasakan diri dengan amalan-amalan yang baik sebagai bagian dari usaha kita menempa diri, mendidik jiwa kita menjadi manusia yang bertakwa.
Selamat menunaikan ibadah puasa. Semoga kita menjadi manusia bertakwa.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sumber Tafsir (Terjemah Claude Ai)
Tafsir Al Amtsal Karya Syirazi
Berikut adalah penulisan ulang teks Arab beserta harakatnya dan terjemahannya per kalimat dalam bahasa Indonesia:
التَّفْسِيرُ
*Tafsir*
الصَّوْمُ مَدْرَسَةُ التَّقْوَى
*Puasa adalah Sekolah Ketakwaan*
٤٨٣
*483*
فِي سِيَاقِ طَرْحِ مَجْمُوعَةٍ مِنَ الأَحْكَامِ الإِسْلاَمِيَّةِ، تَنَاوَلَتْ هَذِهِ الآيَاتُ أَحْكَامَ وَاحِدَةٍ مِنْ أَهَمِّ العِبَادَاتِ، وَهِيَ عِبَادَةُ الصَّوْمِ، وَبِلَهْجَةٍ مُفْعَمَةٍ بِالتَّأْكِيدِ قَالَتِ الآيَةُ:
*Dalam konteks pemaparan sekumpulan hukum-hukum Islam, ayat-ayat ini membahas hukum-hukum salah satu ibadah terpenting, yaitu ibadah puasa, dan dengan nada yang penuh penekanan ayat tersebut berfirman:*
[٥١٨]
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ).
*Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu.*
ثُمَّ تَذْكُرُ الآيَةُ مُبَاشَرَةً فَلْسَفَةَ هَذِهِ العِبَادَةِ التَّرْبَوِيَّةِ، فِي عِبَارَةٍ قَلِيلَةِ الأَلْفَاظِ، عَمِيقَةِ المُحْتَوَى، وَتَقُولُ: (لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ).
*Kemudian ayat tersebut langsung menyebutkan filosofi ibadah yang mendidik ini, dalam ungkapan yang sedikit kata-katanya namun mendalam maknanya, dan berkata: "Agar kamu bertakwa".*
نَعَمْ، الصَّوْمُ. كَمَا سَيَأْتِي شَرْحُ ذَلِكَ. عَامِلٌ فَعَّالٌ لِتَرْبِيَةِ رُوحِ التَّقْوَى فِي جَمِيعِ المَجَالاَتِ وَالأَبْعَادِ.
*Ya, puasa. Sebagaimana akan dijelaskan nantinya. Merupakan faktor yang efektif untuk mendidik jiwa takwa dalam semua bidang dan dimensi.*
لَمَّا كَانَتْ هَذِهِ العِبَادَةُ مَقْرُونَةً بِمُعَانَاةٍ وَصَبْرٍ عَلَى تَرْكِ اللَّذَائِذِ المَادِّيَةِ، وَخَاصَّةً فِي فَصْلِ الصَّيْفِ، فَإِنَّ الآيَةَ طَرَحَتْ مَوْضُوعَ الصَّوْمِ بِأَسَالِيبَ مُتَنَوِّعَةٍ لِتُهَيِّئَ رُوحَ الإِنْسَانِ لِقَبُولِ هَذَا الحُكْمِ.
*Karena ibadah ini disertai dengan penderitaan dan kesabaran dalam meninggalkan kenikmatan-kenikmatan materi, terutama di musim panas, maka ayat tersebut mengemukakan topik puasa dengan berbagai metode untuk mempersiapkan jiwa manusia menerima hukum ini.*
تَبْتَدِئُ الآيَةُ أَوَّلاً بِأُسْلُوبِ خِطَابِي وَتَقُولُ: (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا) وَهُوَ نِدَاءٌ يَفْتَحُ شَغَافَ القَلْبِ، وَيَرْفَعُ مَعْنَوِيَاتِ الإِنْسَانِ، وَيَشْحَذُ هِمَّتَهُ، وَفِيهِ لَذَّةٌ قَالَ عَنْهَا الإِمَامُ الصَّادِقُ(عَلَيْهِ السَّلاَمُ): «لَذَّةٌ مَا فِي النِّدَاءِ. أَيْ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا. أَزَالَ تَعَبَ العِبَادَةِ وَالعَنَاءِ»(١).
*Ayat ini dimulai pertama-tama dengan gaya seruan dan berkata: "Wahai orang-orang yang beriman", yaitu panggilan yang membuka lapisan hati, meningkatkan semangat manusia, dan membangkitkan tekadnya. Di dalamnya terdapat kelezatan yang Imam Shadiq (alaihissalam) katakan tentangnya: "Ada kenikmatan dalam panggilan. Yaitu, wahai orang-orang yang beriman. Ini menghilangkan kelelahan ibadah dan kesusahan"(1).*
ثُمَّ تُبَيِّنُ الآيَةُ أَنَّ الصَّوْمَ فَرِيضَةٌ كُتِبَتْ أَيْضًا عَلَى الأُمَمِ السَّابِقَةِ.
*Kemudian ayat tersebut menjelaskan bahwa puasa adalah kewajiban yang telah ditetapkan juga atas umat-umat terdahulu.*
ثُمَّ تُبَيِّنُ الآيَةُ فَلْسَفَةَ الصَّوْمِ وَمَا يَعُودُ بِهِ عَلَى الإِنْسَانِ مِنْ مَنَافِعَ، لِتَكُونَ هَذِهِ العِبَادَةُ مَحْبُوبَةً مُلْتَصِقَةً بِالنَّفْسِ.
*Kemudian ayat tersebut menjelaskan filosofi puasa dan manfaat yang kembali kepada manusia darinya, agar ibadah ini menjadi dicintai dan melekat pada jiwa.*
الآيَةُ التَّالِيَةُ تَتَّجِهُ أَيْضًا إِلَى التَّخْفِيفِ مِنْ تَعَبِ الصَّوْمِ وَتَقُولُ:
*Ayat berikutnya juga mengarah pada pengurangan beban puasa dan berkata:*
No comments