Kabar Terkini

Terbukti orang yg tidak mudah marah, 4 kali lebih cepat sembuh.



Sehat berawal dari hati : https://youtu.be/Sxn6KTEzCsM



Halo guys, tau ngak kalian, kalau penyakit di tubuh kita ternyata bukan hanya disebabkan oleh pola makan saja, tapi faktor terbesarnya adalah masalah Spiritual 50%- Psikis 25%- Sosial 15%-

Fisik 10%.



Para profesor yang meneliti hal tersebut bahkan menegaskan beberapa masalah emosi yang bisa membuat kita penyakitan :



*1. MARAH selama 5 menit akan menyebabkan *sistem imun* tubuh kita mengalami depresi selama 6 jam.



*2. DENDAM & MENYIMPAN KEPAHITAN akan menyebabkan imun tubuh kita mati.. Dari situlah bermula segala penyakit, seperti *STRESS, KOLESTEROL, HIPERTENSI, SERANGAN JANTUNG, RHEMATIK, ARTHRITIS, STROKE (perdarahan/ penyumbatan pembuluh darah).



*3. Jika kita sering membiarkan diri kita STRESS,* maka kita sering mengalami *GANGGUAN PENCERNAAN..*



*4. Jika kita sering merasa KHAWATIR*, maka kita mudah terkena *penyakit NYERI PUNGGUNG*.



*5. Jika kita MUDAH TERSINGGUNG, maka kita akan cenderung terkena penyakit *INSOMNIA (Susah Tidur)*.



*6. Jika kita sering mengalami KEBINGUNGAN maka. kita akan terkena *GANGGUAN TULANG BELAKANG BAGIAN BAWAH



*7. Jika kita sering membiarkan diri kita merasa TAKUT yang BERLEBIHAN*, maka kita akan mudah terkena penyakit *GINJAL.*



*8. Jika kita suka ber-NEGATIVE THINKING*, maka kita akan mudah terkena *DYSPEPSIA (penyakit sulit mencerna).*



*9. Jika kita mudah EMOSI & cenderung PEMARAH*, maka kita bisa rentan terhadap penyakit *HEPATITIS.*



So guys, ternyata untuk hidup sehat itu simple banget, cukup mengkondisikan hati kita senang dan gembira! Ingat kata pepatah ;



“hati yang gembira adalah obat”!

....

Brain, Behavior, and Immunity.

Mencari sumber penelitian ttg hubungan .. antara

otak dan kebiasaan sehari2 serta sistem kekebalan tubuh
=
Brain, Behavior, and Immunity.

Berbagai penelitan sebelumnya mengindikasikan adanya hubungan antara perilaku temperamental, apakah itu menggertak atau pun ugal-ugalan di jalan raya, dengan tingginya kasus penyakit jantung koroner, hipertensi dan stroke, khususnya di antara para pria.

Namun penelitian yang pernah dipublikasikan jurnal Brain Behaviour Immunity, menunjukkan, betapa amarah sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan. Riset yang dilakukan ilmuwan dari Universitas Ohio ini merupakan eksperimen pertama mengukur secara langsung efek amarah terhadap penyembuhan.

Dalam risetnya, para peneliti melibatkan 98 partisipan yang diberi luka kecil pada lengan. Para partisipan dipantau selama delapan hari dan dilihat seberapa cepat luka pada kulit ini sembuh dengan sendirinya.

Sebelumnya, partsipan harus melewati semacam psikotes untuk mengetahui seberapa mudah mereka sering merasakan atau meluapkan kemarahan. Lalu, peneliti membuat peringkat berdasarkan "skala kemarahan.” Partisipan yang mengonsumsi sejenis obat-obat tertentu, merokok, minum kopi atau kafein dalam jumlah banyak dicoret dari penelitian. Hal sama juga diberlakukan pada mereka yang berat badannya terlalu ekstrim (baik kurus atau gemuk).

Hasilnya tampak jelas. Partisipan yang bermasalah dalam mengontrol emosi atau kemarahan kecenderunganya empat kali lebih lama sembuh atau butuh waktu untuk pulih lebih dari empat hari, dibanding mereka yang dapat mengendalikan amarah.

Namun para peneliti juga terkejut ketika menemukan bahwa kemarahan ini juga memiliki semacam nuansa. Partisipan yang digambarkan menunjukkan sikap “anger out” (ledakan dari agresi biasa) atau “anger in” (kemarahan yang diluapkan secara tak sadar) sembuh hampir secepat mereka yang memiliki peringkat rendah pada semua skala kemarahan. Hanya mereka yang telah mencoba namun gagal untuk mempertahankan perasaan amarahnya butuh waktu yang lama untuk sembuh.

Peneliti juga mencatat bahwa kelompok yang sama ini menunjukkan sekresi hormon stres atau kortisol yang tinggi, yang setidaknya menjelaskan perbedaan waktu pemulihan.

Riset sebelumnya telah menunjukkan hubungan yang jelas antara kortisol dan amarah. Pria yang berteriak pada pasangannya saat bertengkar tubuhnya mengeluarkan hormon modulator endokrin dalam beberapa menit, seperti halnya para guru yang mengalami stres saat mengajar di kelas.

Peneliti mengindikasikan, kadar tinggi kortisol tampaknya menurunkan produksi dua jenis protein sitokin penting yang berperan dalam proses pemulihan. Sitokin adalah protein yang dilepaskan oleh sel-sel kekebalan tubuh. Protein ini berfungsi sebagai sinyal dalam memperluas sistem kekabalan tubuh.

“Kemampuan dalam mengendalikan ekspresi kemarahan seseorang berkaitan secara klinis dengan dampak penyembuhan luka,” ungkap Jean-Philippe Gouin, psikolog dari Universitas Ohio dalam kesimpulannya.

Dalam laporan riset, disebutkan pula bahwa terapi mengendalikan amarah dapat membantu para pasien dalam memulihkan kondisi setelah pembedahan sehingga luka menjadi cepat sembuh. (*)

 ☺

Orang yg kemarahannya rendah ... lebih cepat sembuh 4 kali lipat.


Berati sesuai dg .. sabda Nabi :

Laa taghdhob .. wa lakal jannah...

Jangan mudah marah .. maka pasti bagimu surga..

No comments

Featured Post

Pengelolaan Kinerja Guru (PKG) tahun 2025

📑 [PKG 2025] Berikut ini materi/panduan untuk Penilaian Pengelolaan Kinerja Guru (PKG) tahun 2025. 1. Pengelolaan Kinerja Guru 2. Pengelola...